Friday, July 8, 2011

Pangeran Tahu Tempe

Hayalnya seperti shanao yosutsunhe, putra terakhir dari klan yosutsunhe yang masih hidup dalam kisah keluarga raja di sajak-sajak jepang sebelum restorasi meiji, itulah hal yang pertama sekali terbersit di otakku saat menginjakkan kaki pertama sekali ke kota brem, madiun.
Kemaren ikatan iman mempertemuakan saya dengan seorang sahabat seperjalanan di jalan ini di ikatnya dengan rantai ukhuwah yang amat kuat , mudah-mudahan selalu dirajut dalam benang – benang emas nasihat.sebut saja namanya

“pangeran tahu tempe”
Ya, kawan pangeran tahu tempe inilah yang mengajakku bermain ke tanahkelahirannya, mencoba menghirup segar muson yang meliuk disela-sela dedaunan hijau.
Berangkat dengan bermodalkan semangat yang terlunta, dikarenakan nilai “tahanan dan propulsiku” di akhir semester tidak seperti yang di bayangkan.bayangkan saja satu kelas kami di pukul rata mendapat “BC” nilai idiot menurutku, karena nilai ini hanya akan di dapatkan anak yang total nilai selama masa belaja mengajar hanya 55-60an.aduhhh maaf ceritanya ngerembes…he
Kembali ke pangeran tahu tempe…
“bang, kalo mau ke rumah ane, harus potong rambut sahutnya menjawab rengekku mengenai niatan pengen nongkrong di rumahnya sebelum kembali ke kampong halaman.tapi , ocehannya hanya ku simpan setengah hati saja, tapi tidak kali ini,” karena , mamah saya suka ma orang yang rapi!! Eh abang rapi kok, tapi rambutnya tu ,sahutnya lagi menambahi mengomentari rambut ikalku yang keliatan sudah tidak terurus, meliuk kesana kemari.
Sejenak aku terdiam dan merenung !!! emak saya dirumah juga sangat suka orang yang rapi , sembari ku buka lembaran-lembaran ingatanku kala masih duduk di sekolah dasar , rambut ku yang “dulu masih lurus” di suri nya lembut,dipakaikannya kaos kaki bersih – putih (kaos kakimu udah dicuci blom) sudahlah , kalian juga pasti sudah merasakannya kawan, ya rutinitas kecil sebelum lambaian tangan emak ku tempelkan di dahiku , lalu ku berlalu dengan lari kecil serak suara menjerit , Assalamu ‘alaykum mak..!!!!
Ya kawan, Pahlawan nomor wahidku di kampong halaman sana, kusipku dalam hati,
“adakah kiranya ibuku akan memberi senyuman padaku saat pulang dengan penampilan seperti ini(memandangi rambut ikal di cermin yang smakin semberawut itu) .segurat senyuman terbentuk menghiasi wajahnya dalam anganku, ya kawan wajahnya ibu, bunga desa di abad ke-90-an ,yang selalu memakaikan kaus kaki baru pada-ku.
Hayalanku pun hilang sejenak, kupacu sepeda motor merah Yamaha kepunyaan temanku menuju sakinah.bukan untuk belanja di awal bulan , kawan.tapi ingin mencukur rambut kribo ku ini. Ntahlah ini kulakukan demi mengukir segurat senyum di bibir wanita yang paling ku-cintai itu..

Eh, tunggu dulu masih berkutat di nilai “tahanan dan propulsiku” tadi , besok aku ada janji ingin ketemuan dengan bapak dosen , mencoba sedikit melobi masalah nilai jorok itu,benturan dengan rencana silatrurrahimku ke istana pangeran tahu tempe,hehe aku galau sekarang kawan , bertemu sang maestro propulsion itu atau menemui kerajaan pangeran tahu tempe.
Sudahlah , ku hapus bekas potongan rambut di dahiku,
BISMILLAH the POWER of silaturrahim
Yah, kawan berkunjung ke kampong halaman teman pria yang selalu menemani malamku ini /(lho) sangat saya tunggu-tunggu.hasrat itu seperti mimpi shuroko ingin memebunuh Muhammad saw di padang pasir bersama pedang tertajam miliknya, yang kadang membuatnya tersungkur ke dalam tanah tiap kali niatan itu hendak ia lakukan.seperti itulah kawan selalu tersungkur/terkubur dalam tanah harapanku menanti ajaknnya disetiap akhir minggu.
Lalu mimpi itupun terwujud bersama dua orang rekannku lainnya, mas erik dan akh tino.masing masing berasal dari malang dan ponorogo.yah, dua teman yang sangat berkarakter menurutku.
SUMBER KENCONO, bis itulah yang dipilih sang pangeran tahu tempe memastikan perjalanan kami sampai hingga kerajaannya.walau sempat dua orang sahabat saya tadi enggen untuk masuk ke dalam bus ini dikarenakan rekor ajaib yang selalu di raihnya , SUMBER BENCONO lirihku dalam hati saat kondektur mulai bergerak menuju pintu belakang bis.
Sejenak kami raib dari perjalanan, tak sadar ku sudah menginjak kota madiun, terjaga dari mimpi (ketiduran di Bis, hehe)
BERSAMBUNG