Saturday, April 28, 2012

ORGANISASI PUBLIK


DIALOG PASCA KAMPUS
Al-Azhar 28 April 2012
Oleh : Bpk.Rusminto (Asisten Direktur I ,PENS)
.
Organisasi public adalah organisasi pelayan masyarakat.yang bergerak dengan ketentuan non profit dengan metode melayani dan liyani.
Ada beberapa contoh pelayanan public yang sering kita temui di masyarakat,contohnya pelayanan STNK,Pelayanan Rumah Sakit,pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP),dll.
beberapa tahun yang lalu waktu saya masih mahasiswa,pelayanan masyarakat waktu pengurusan STNK berbuah cekcok.karena saya yang menunggu mulai pagi antri yang sangat padat.Tiba-tiba ada petugas dengan membawa map, lalu meletakkannya dibagian paling atas,waktu itu jiwa muda saya masih membara,akhirnya terjadi cekcok mulut dan saya di sekap di sebuah ruangan ,lalu ditanyai macam-macam oleh birokrasi pemerintahan.
Tapi,dijaman sekarang ini jauh berbanding terbalik,lima tahun yang lalu waktu di rumah sakit saya merasakan perbedaan yang sudah sangat jauh berubah di era reformasi ini.hampir sama, dengan di Negara –negara maju, contohnya saja di Jepang.Saya tinggal lima tahun di jepang di rumah sakit itu tidak ada orang yang ngerumpi-ngerumpi.Pelayanan masyarakat itu juga terlihat disaat di Yokohama yang trotoar itu pun di-pel disana.Bandingkan dengan keadaan sampah yang keroyokan di sekitaran pasar minggu di laguna.
Itulah Da’wah yang mengatur segalanya menyeluruh (kaffah). Jadi da’wah itu bukan hanya sekedar mengajak orang Sholat, ceramah-ceramah dll.
namun hal itu mencakup ke dunia seperti ini.Aktivis da’wah itu mempunya karakter yang baik,sama seperti beberapa tahun yang lalu saya pernah di undang untuk mengisi seminar di LIPI.
Lalu saya janjian dengan salah seorang aktivis da’wah yang kebetulan sama-sama menjadi pe-Materi di acara tersebut untuk berangkat bareng ke Jakarta.Lalu di Bandara Juanda,beberapa kali saya menebak orang untuk sekedar memastikan bahwa dialah teman saya yang janjian waktu itu.Namun semua tebakan-tebakan saya itu hangus begitu saja melihat beberapa kejadian seolah meyakinkan,”Bukan dia Orang yang teman saya janjian itu.”

Dikarenakan orang-orang yang saya tebak itu melakukan beberapa hal yang tidak mungkin dilakukan para Aktivis Da’wah.Yang pertama Orang yang saya tebak itu rebutan waktu pembagian minuman,lalu ada pula yang setelah minum tapi sampah minumannya dibuang sembarangan.Dan,Saya nyatakan “Bukan ini orangnya.Ternyata benar.saya baru bertemu dengan teman itu di Jakarta karena berlainan pesawat.
"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu."
(Qs. al-Baqarah 2:208)
Pewarna’an disemua lini yang pernah   kita menjadi jama’ah di dalamnya adalah sebuah kewajiban bagi kita,pewarnaan ke-islamian tentunya.

Tuesday, April 24, 2012

Yang gini-an PUSKOM punya ^_^





10.15 malam
sehabis keliling ITS-EXPO yang wowwww…..
Ternyata ada yang kelupaan,KETEMUAN PUSKOM ‘08
Gak tahu mulai dari mana dan gak pengen ngakhiri tulisan ini..agini aja
PERSIAPAN FSNAS
1.       PUBLIKASI
v  Buletin terpusat
v  Spanduk
v  Garapin aja madding JMMI yang di MMI
v  SMS H – (min)
v  Pampangin PUBLIKASI FSNAS di MUSKAB (5-6 Mei)
v  Ngumpul bareng LDK se-Surya (ADK &ADKP(ADK FSLDK Pensiunan)
v Silaturrahim MEDIA
2.       DANA
v  Dana katanya “mudah”
v  Meng-LIST alumni targer pembagian proposal untuk RAPIM,FSNAS,FSDA
v  Pernak-pernik FSNAS  (n/b kalo bisa yang ditempelin di Laptop kang bayu and Boz NUghi)

PERSIAPAN FSDA
v  Banyak hal yang harus disiapkan terkait ini  , Support PUSKOMDA untuk buat Acara gede skala daerah di STIESA ba’da Tasyqif kemaren
v  Ajakin ahwa donk,agenda-agendanya
v  Opo maneh…lali je/mirip-mirip koyok FSNAS diatas

PERSIAPAN PRA-MUSKAB
v  Terkait UP-GRADE pemahaman TIM tahun kepengurusan besok
v  Persering kumpul-kumpul bareng
v  Kumpulin internal 2010,nanyain komitmen gt!
v  Berdayakan pendampingan untuk teman-teman 2011

TERAKHIRRrr CHEALSEA melajuuuuuu ke FINAL CEMPION
^_^

Senyum-Senyum Mungil, Pengetuk Jendela Hati



Oleh      : Rahmat Rizki Batubara




Berbekal sebuah mimpi yang mirip dengan dambaan Umat akan hebatnya Sholahuddin Al-Ayubi, Penakluk Perang Salib tanpa setetes darah pun yang jatuh ke bumi Palestine.

Semuanya bermula dari kemurnian Mimpi, Kekuatan yang tidak akan pernah hilang walau semua materi sekalipun lenyap dan musnah tak bersisa.
Kali ini Mimpi itu akan dituangkan pada sebuah cawan Rindu akan lahirnya Generasi Harapan yang kelak akan siap sedia memikul beban ummat penakluk dan pemecah Mimpi yang sudah mulai abu-abu, pudar dan tidak berbekas,
Tinjulah Congkaknya Dunia Buah Hati-ku Doa kami disisimu
(Iwan Fals,Galang R.Anarki)
Sebait lantunan lagu di atas di nyanyikan seorang Ayah pada putra terkasihnya, yang berlalu di gilas zaman terbuang membusuk dan lenyap bak sia-sia dalam timbunan buaian dunia.yah pesta itu dinamai Narkoba.
Berawal dari keseluruhan alasan Rindu yang senantiasa terpampang di sanubari pun membuat ke-Ridhoan Allah senantiasa menuntun sebuah Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) pun mengambil bagian dalam hal pembinaan generasi yang selalu di impikan itu melalui sebiah ke-Lembagaan yang disebut “PENA BANGSA”
Yah, Penulis pun tak ingin membiarkan peluang perbaikan ini berlalu begitu saja. sebagai wujud bakti bersama untuk perbaikan ummat.Dalam hati kan ku-baktikan semampu yang bisa dilakukan untuk ummat ini.
Proses pengelompok an pun telah usai, sebagai kakak pendamping atu lebih keren disebut Mentor penulis mendapat adik binaan(Mutarabbi) sebanyak sepuluh orang.
SUryo,Am,Zulfan,Andri,Huda,Kevin,Addin,Jafar,Reza.Itulah keseluruhan nama adik-adik manis yang selalu menghilangkan gundah tiap minggunya,karena pendampingan itu biasa di akhir minggu , tepatnya sesaat setelah sholat isya di hari minggu.
Ke-Unikan PENA BANGSA
Sejauh ini penulis sudah terbiasa mendampingi banyak kelompok LQ (Liqo’) ataupun mentoring. Baik itu anak Sekolah Menengah Atas (SMA) atau pun junior di Kampus.Namun, Ke unikan ini hanya kan di dapatkan pada adik-adik pena Bangsa.
Kala di SMA ataupun Kampus kita akan dihadapkan pada anak-anak yang memang se-umuran , sehati, yah palingan hobbi nya pun sama, kalo ngak jalan-jalan, yahh Olahraga.
Namun di Skuad Pena bangsa karena menimbang pengelompokan berdasarkan satuan umur yang sama,pastinya akn mengganggu proses pendampingan karena mengingat regional (Tempat tinggal) adik-adik Pena Bangsa yang berjauhan.Maka, pengelompokan itu pun di dasarkan berdasarkan regional(Tempat Tinggal). Maka bragamlah umur dari adik-adik binaan itu mulai dari kelas dua SMP sampe dua SMA.
Bayangin aja , ketika berumur SMP-an apa yang kita mau?
Atau ketika berumur SMA-an?
sebuah Fenomena yang bertabrakan dengan tradisi dan keadaan psikologis adik-adik binaan, ketika anak SMP masih di belenggu dengan tontonan Dragon Ball, Doraemon ataupun semacamnya. Bandingin dengan Anak SMA yang kesukaanya Cinta Fitri ! ohh noo, sulit boz…
TemBOK itu pun Tembus
Masih ada ngak orang yang ngotot kalo disebutin Rasululloh lah Murabbi terbaik di jagat Raya ini, Bayangin aja seorang Kepala Negara,Budak,Pedagang,yang jelek yang ganteng disatuin sama Rasululloh dalam satu lingkaran dan bahasan yang sama.
Walau tak sehebat Rasullulloh, ke inginan memiliki kekuatan seperti beliau dalam perihal menyeru kebaikan adalah “wajib” untuk kita , ummat kesayangnnya.
Yah , pertemuan Pertama
Malam itu , kayuhan pedal sepeda  membungkan lamunan di bawah sebuah pohon tua persis di barat utara masjid kampus,mereka adalah adik-adik pena bangsa dengan sepeda kayuhnya masing-masing, diteemani kegelapan dan beberapa berkas cahaya lilin pertemuan itu pun di mulai dengan Ta’aruf / perkenalan.sayup-sayup malam itu senyum mereka seolah kembali membangkitkan semangat yang memudar karena letih seharian.
Mereka Punya Mimpi
Saya rasa anak itulah yang paling cerdas dibandingkan dengan teman-temannya yang lain zulfan namanya.Seorang anak yang tampak pendiam dengan model ramput ala bangsawan china di dinasti ming,katanya semenjak SD(Sekolah Dasar) hingga sekarang dialah Numero Uno  di kelasnya.
Malam itu pun dimulai bercerita dengan rangkaian –rangkain mimpi yang semua sudah menjadi nya, lewat sejarah dunia maupun selembar dari tebalnya shiroh nabawiyah, ku coba tanyakan pada mereka Siapa yang punya cita-cita?. Kala itu zulfan si bocah melankolis itu pun langsung mengacungkan tangan dan menjawab,”kepingin menjadi kayak bang Batubara” Mentor pena bangsa dan masuk ITS jurusan Informatika .kata nak yang baru berumur 15-tahunan itu.sontak ku terkejut dank u beri sedikit senyuman padanya.
Satu per satu ku tanyakan pada mereka.Polisi,Gubernur bahkan ada yang menjawab Satpam.itulah cita-citanya.(saying tidak ada yang pengen jadi Bidan,pikirku)
namun,Malam itu. Huda,itu nama adik itu, Bocah kelas 2 SMP yang selalu menuntut padaku kenapa mentoring itu hanya satu kali dalam seminggu,huhhftt(ni bocah)
Huda ngaak mau menjawab ia ingin menjadi ataupun bercita-cita jadi apa.ku tanyakan ia selalu menggeleng dank u biarkan itu berlalu.
Ke-esok an harinya sebelum berangkat ke kampus ,ku lihat ada 1 pesan inbox di Handphone jadul keluaran lama,begini isinya
“bang,maaf.
 Huda mau jawab sekarang,soalnya kemarin Huda malu sama teman-teman
 Huda pengen jadi Anak yang berbakti sama orangtua,nge-Haji in bapak, beli kerudung ma Ibu
 Beli baju baru sama si mba’.
 itu bang cita-cita Huda.
Sebait pesan singkat itu pun serasa membasahi kembali rasa rindu-ku pada abii dan ummi di seberang sana, entahlah kapan bisa  mereka Haji, beli kerudung sama ibu, baju baru untuk adik-adik ku. Ungkapku dalam hati kala itu
.Terima kasih dik,kau sudah mengajari abangmu ini.
Program SEHAT
Ku namai saja kebiasaan ini menjadi program sehat.Olahraga dan ngelahap makanan.
Sangat gembira mereka ketika diajak bermain bola di Marina,lapangan futsal sintetis.Senyum pun menyeruah dari dalam hati mereka.bisa dibayangin anak-anak yang terbiasa bermain bola Plastik (bokar) di gang-gang rumah bermain berkerumun dengan teman-temannya.lalu di bawa ke lapangan hijau yang sama seperti merka lihat di videogame/playstation , yah tak kita pungkiri itulah kebiasaan anak-anak sekarang yang semestinya harus kita ubah, ke-asyikan di dunia virtual, lalu lalai akan dunia nyata. 

Malam ini menjadi malam yang bersejarah buat saya,lewat sebuah percakapan dengan mereka.
kita makan-makan yuk dek?”
makan apa bang?imbuh mereka
ya,kalo saya terserah.yang penting mentoring hari ini diganti jadi makan-makan,”tambahku
Kalo gitu kita makan penyetan aja ya bang?
ayam atau bebek,jarang-jarang bang!

Disaat setiap malam mahasiswa ITS terbiasa dengan makan penyetan ayam plus sepotong tempe,adik –adik mungil ini menganggap ini adalah peristiwa yang sangat bersejarah buat mereka.padahal sebelumnya ingin ku ajak meraka makan Soto CakHar yang harganya jauh lebih mahal.
Terkadang HAL yang biasa kita lakukan hari ini,menjadi HAL yang luar biasa buat orang lain.Suatu saat Allah akan menunjukkkan itu agar kita bersyukur.

Wednesday, April 18, 2012

AKU ZIONIS: Sebungkus Cinta Untuk Nyanyian Bidadari Surga




Di setiap pertempuran, aku selalu menang, tentu saja dengan kehendak Allah, karena matangnya pe­rencanaan perang,” _Shalahuddin Al-Ayyubi_
Allâhu ghâyatunâ, ar-Rasuul qudwatunâ, al-Qur'an dustuurunâ, al-Jihâd sabîlunâ, al-mautu fî sabiliLlah asmâ amânînâ

Menjelang tengah malam. Kampung kecil di selatan itupun mulai hening. Hanya sesekali terdengar suara orang mengaji. Kareem masih belum tidur. Ayessa kecil masih mengaji. Umi terlelap. Kemudian… terdengar keriuhan. Suara senapan. Pistol. Dentuman. Suara ledakan. Gemuruh. Teriakan…
“Serang!”
“Tembak”
“Bunuh!”
Hiruk pikuk. Semua berlari menyelamatkan diri. Banyak yang telah tertembak. Ratapan, tangisan, jeritan semakin memerihkan malam! Para lelaki, mencoba melawan dengan senjata seadanya. Bahkan dengan batu. Api berkobar. Orang-orang terkapar. Menggelepar. Seperti ikan-ikan yang terlempar dari air kehidupan. Darah muncrat, mengalir, lalu membentuk beberapa genangan. Pekat. Kareem berjaga di pintu “BRAAK!”
Pintu kayu hancur berantakan diterjang mortir. Kareem terpental. Kepalanya? remuk terkena pecahan mortir. Ia syahid.
“Nak, tolooong!”
“Umiiiiiiii!”
DOR! DOR!
Perempuan itu tersungkur di ranjang anaknya, dengan kepala tertembus timah panas. Umi syahid.
Ayessa terbelalak! Ternganga! Terpaku. Tak bergerak.
Yahudi laknatullah menarik-narik jilbabnya sambil tertawa tanpa henti. Lalu merobeknya kasar dengan belati! Ayessa mencoba meloloskan diri. Ia menggigit, mencakar, menendang, meludahi Yahudi jahanam itu! ia berhasil merampas sebuah senjata! Ya, meski ia terjerembab. Dengan seluruh kekuatannya ia menumpahkan isi senjata ke arah lima tentara Israel itu. Lalu dengan sisa-sisa tenaga ia berlari. Jatuh bangun. Tersengal-sengal. Kadang tersandung tubuh-tubuh manusia yang terbongkar, di tengah jalan…. Di malam yang gelap larinya semakin cepat. Cepat sekali.
Ia selamat. Allah Maha Kuasa.
Di mana Pasukan perdamaian? Di mana HAM? Ayessa berteriak! Marah. Semua hanya kebohongan Amerika dan Israel. Mereka berkawan. Biadab.
“Sungguh…, aku rindu sosok Shalahuddin Al-Ayyubi, rindu Allah…..” lirih bocah kecil ini tanpa daya.
Allâhumma 'alaika bi a'da ad-dîn,  Allâhumma Dammir juyushul Amrîkâ wal yahûd, Allâhumma harrir masjidal aqshâ.
Hening. Karena ini hanya sepenggal episode bagian tubuh kita di Palestina karena islam satu tubuh.
***
Angin dingin Menusuk tulang. Membekukan Gaza dengan segala kegalauan. Gerimis turun menyapa keheningan. Mengencerkan ceceran darah, di sepanjang jalan. Mengusir asap kepedihan yang mengepul, dari bangunan yang telah menjadi puing.  Kupandangi gadis kecil yang kutemukan bersama genggaman Kitab nya, Ayyesa namanya . Wajah cantiknya menyembul dari balik jendela mesjid yang setengah rusak. Ia tampak lusuh. Wajahnya berdebu dan jilbabnya kumal, compang-camping dan terkena percikan darah di sana-sini. Meski lelah, wajah itu tetap keras. Cantik. Secantik rembulan. Dingin. Sedingin tiupan angin malam ini. Hatinya tersayat. Sepucuk senjata ada dalam genggamannya. Setetes air bergulir di pipinya. Setangkai dekapan ghiroh Shalahuddin Al-Ayubbi yang sering ku dengar kisah heroik nya nampak tegar di matanya.  Tetap saja aku tidak ingin berperasaan menolong bocah palestina ini, toh di negeri ku sudah melimpah orang-orang seperti ini lupakan saja kutil yang satu ini.
***
  Lewat tengah malam. Kapal bernama Mavi Marmara itu melaju lebih pelan setelah dikepung oleh kapal-kapal kami , pun helikopter yang seolah mengintainya dari udara. Aku sendiri kini telah berada dalam kapal besar itu setelah sebelumnya mengudara bersama tentara-tentara lain dengan helikopter yang 'menjemput' Mavi Marmara.
     Detik ini, aku bisa merasakan dengan jelas atmosfer ketakutan yang perlahan menyelimuti kapal beserta lebih dari tujuh ratus aktivis kemanusiaan yang ada di dalamnya. Ciihhh, aku memalingkan muka. Apakah mereka benar-benar tulus membantu saudara mereka disini atau hanya mengharap pujian setelah mereka kembali ke tanah air? Beriringan dengan derap langkahku yang menggiring penumpang kapal ke suatu tempat, hatiku kembali bertanya dan jiwaku  kembali meronta meminta jawaban dariku. Sebenarnya untuk apakah aku melakukan semua ini ? Sebejat inikah diriku sekarang? Ahhh. Aku menepisnya. Kenapa pikiran-pikiran ini yang kerap hadir setelah saraf pendengaranku menangkap suara Ayessa yang mendendangkan kitab nya di balik reruntuhan mesjid. Entahlah, yang aku rasakan, suara itu tak ubahnya nyanyian bidadari surga yang mewujud kedamaian. 
     “ Wa laa tahsabannalladziina qutiluu fii sabilillahi amwataa, bal ahyaaaa un 'inda ribbihim yurzaquun
     Sial !, dari sudut ruangan  ini aku menangkap lagi suara itu. Suara yang berhasil menggedor-gedor bilik hatiku dengan sentuhan  kelembutannya. Suaranya masih sama, persis sama dengan yang aku dengar di balik reruntuhan mesjid itu.
      Saat itu, setelah dengan pongahnya aku mengambil foto di belakang mayat laki-laki yang mereka sebut syuhada. Penglihatanku merekam satu persatu kehancuran di negeri ini yang tak lain akibat kebiadaban kami, zionis israel. Seperti itulah yang aku dengar dari media massa. Kami biadab ? Aku terkekeh memikirkannya. Langkah kaki ini seolah menjadi pembilang dari sekian banyak luka dan duka yang penduduk negeri ini rasakan. Satu langkah, tanah mereka kami curi. Dua langkah, negeri mereka kami blokade. Tiga langkah, kami tumpahkan darah mereka. Empat langkah, kami hancurkan rumah-rumah mereka. Dan lima langkah, tepat pada langkah kelima aku mendengar lagi suara yang menjelma nyanyian bidadari surga itu dari balik reruntuhan mesjid. Balutan ketakutan sangat terasa pada suaranya.
    Steve ! Tembak orang itu !” Renaud menggertakku dari arah belakang. Kuarahkan senapan pada orang yang ditunjuk Paul. Jelas terlihat orang itu menggigil ketakutan, seketika wajahnya pucat pasi. Tubuh orang itu tidak terlalu tinggi, rambutnya hitam legam, matanya bulat, dan hidungnya kecil. Jelas sekali gambaran orang asia ada pada orang itu, atau mungkin orang indonesia tepatnya. Orang itu tampak komat-kamit sebelum akhirnya timah panas menembus jantungnya.
    “Dor”
     Hening seketika. Hawa kematian dengan cepat menjalar. Namun tak lama setelahnya, gema yang sering kudengar di negeri ini, kudengar lagi disini.
    “Allahu Akbar. Allahu Akbar !”
    Dalam gema ini masih saja kudengar nyanyian bidadari itu. Demi Tuhan, aku tak pernah mendengar satu suara pun yang efeknya sedahsyat ini pada jiwaku.
     “Yaaaa ayyuhalldziina aamanushbiruu washoobiruu waroobithuu, wattaqulloha la'allakum tuflihuun”
      Pertanyaan dari relung jiwaku kembali muncul. Untuk apa ? Untuk apa ? Lagi-lagi aku menepisnya, mungkin hatiku memang  terlanjur kebal untuk melihat penderitaan demi penderitaan yang penduduk negeri ini rasakan. Bukankah jika mereka kalah, kami akan mendapatkan tanah mereka ? Tapi aku berani bersaksi dengan jiwaku, jika penduduk negeri ini bukanlah orang-orang yang mudah dikalahkan. Orang tua, remaja bahkan anak-anak, sama saja. Dalam diri mereka telah tertanam benih-benih perjuangan yang kurasa takkan pernah melayu sampai kapan pun. Aku pun tak boleh kalah dari mereka.  Meskipun terkadang nuraniku sendiri tak merestui perbuatanku.
     “Steve ! Tembak lagi !”  lagi-lagi Renaud menggertakku.
     Dengan membabi buta, kuarahkan moncong senjataku pada siapa pun yang ada di ruangan ini.  Desingan peluru dari tentara-tentara kami saling bersahutan dengan gema yang selalu kudengar di setiap sudut negeri ini.
    'Dor'
    'Allahu Akbar'
     Tubuh mungil di sudut ruangan, kini terkulai lemah. Peluruku tepat bersarang di kepalanya. Kitab yang tadi dibacanya turut terjatuh. Aku menghampiri tubuh itu dan entah kenapa perasaan bersalah tiba-tiba menjalariku. Dengan gemetar kuraih kitab itu kemudian  membuka halaman demi halaman yang dari huruf-hurufnya terdendangkan nyanyian bidadari surga.  Aku menangis.
      “Steve ! Tembak lagi”
      'Dor'
    Kusumpal mulut Renaud selama-lamanya dengan senapan yang telah melenyapkan pendendang nyanyian surga. Ayessa.
***


(Aku hanya separuh di langit Perjuangan ini masih terus berlangsung. Dan aku hanya sebagai penonton. Karena aku membeku disini.Tulisan ini didedikasikan untuk saudara seiman ku di Uzbek, palestina, Irak, dan negara terjajah lainnya. Bumi Allah yang jauh di seberang. Mengenang syahidnya sahabatku,kami bersamamu...ukhti, bagaimana rasanya berjumpa Allah ? Salam rindu dari sini :’) )