Saturday, December 31, 2011

"papa" Selamat Ulang tahun


Akhir tahun 2011,sudut kamar tak bertuan
keputih gg Ib no.5


Tepat saat jarum panjang jam dinding kamar ini menjenguk induknya di pukul 24.00

Sudah lama ingin ku buat karangan tentang PAHLAWAN nomor satu dalam hidupku, penggugah semangat , lisan penyambuk agar aku tetap lurus melangkah menatap impian-impian yang kadang memudar dari pandangan, bahkan kadang sudah membusuk dihinggapi lalat hijau, mimpi-mimpi yang tak terjamah lagi.”mimpi usang”


Ayah,abi,ayak,abah,bapak ataupun cici’ dibahasa jepang sedangkan di prancis disebut “pere”.Ku yakin kau juga banyak menyimpan kenangan indah dengan “satu kata “ itu kawan.ntah dengan apa pun kau menyebutnya,pikirku ayah ku lah ayah nomor satu kawan , bukan ingin mencontoh untaian kata ikal si sang pemimpi,kenyataannya rating seorang ayah yang digambarkan dalam film fenomenal sang pemimpi itu belum ada apa-apanya dibanding ayahku kawan, bukan “papa” begitu aku memanggilnya.

Darwis Batubara,
gagah,penuh wibawa,berdedikasi.mungkin itulah hal pertama yang kalian pikirkan tika pertama kali membaca nama diatas kawan,itulah untaian kata yang menjadi nama pahlawanku itu.Beliau adalah anak terakhir dari enam bersaudara dari pasangan Alm.Abdul Azis Batubara dan Ghandhoriah Lubis.anak dari ketua ta’mir dari dua masjid sekaligus,masjid yang sudah melegenda di jalan merdeka masjid Sanggumpal Bonang dan Masjid Raya Lama juga sekaligus anak dari pemegang kunci pajak batu/pusat perbelanjaan rakyat tapanuli selatan tika itu pasar lama dan pasar sanggumpal bonang memang belum berdiri . sedangkan ibu beliau / nenek saya adalah ketua barisan tentara perempuan pembela kemerdekaan jaman belandayang  berdomisili di kotanopan.

Bayangkan,beliau terlahir dari sepasang kekuatan adidaya tersebut.anak yang terlahir dari perpaduan dua orang hebat,bayangkan teman seberapa hebat dirinya?
Aku bingung harus darimana kumulai bercerita tentang beliau,oh begini saja, saya akan menjelaskan mulai masa kecilnya…

Menjadi anak yang paling bungsu dari enam bersaudara tidak membuat beliau menjadi anak yang manja,bayangkan saja kawan di usianya delapan tahun/kira-kira kelas 2 SD beliau sudah menginjakkan kakinya ke ibukota Jakarta.Merantau.penyedia sarana photocopy tika itu di depan kampus Universitas Indonesia.Hal ini jugalah yang menjadi salah satu pe-motivasiku harus menginjakkan kaki ke pulau tanpa marga ini,pulau si leban.dalam benakku selalu tertancap motivasi harus mengalahkan semua pencapaian gemilang yang pernah beliau raih..entah itu termasuk wujud bakti ku atau tidak karena aku sudah terbiasa menantang sejarah yang sudah pernah beliau ukir.

Beliau juga tidak pernah merasakan duduk di kursi sekolah dasar pada tingkat/kelas 3,4 dan 5 SD hari-hari itu dia lewati di Ibukota bersama lembaran – lembaran kertas dan mesin photocopy-nya.Anehnya sehabis pulang dari Ibukota beliau langsung naik kelas menjadi kelas 6 SD , kalau istilah realita pendidikan sekarang adalah akselerasi.yah, jenjang sekolah dasar hanya beliau tuntaskan selama 3 Tahun di sekolah yang terletak persis disamping Polisi Milter PSP/PM SD N 6.

Polandia , itulah Negara kebanggan beliau. Negara yang lambing dan bendera Negara memang tidak jauh berbeda dengan Negara ini.

 
Yah anda benar sekali, sepak bola lah yang membawa nama Negara tersebut sempat menempel di setiap pintu lemari beliau kala bujangan.Ayah juga tidak bisa diremehkan dalam perihal sepak bola,beliau adalah bomber ulung terbiasa di carter dalam pertandingan antara kampoeng.
Walau beliau tidak menjadi orang se-Alim ayah beliau atau bahkan tidak setelaten ibu beliau namun bek-bek nenek dan kakek masih menurun ke beliau.hehe

ayahku memang bukan seperti gambaran ayah buya HAMKA yang melarang buya hamka untuk menundukkan pandangan ketika kaisar jepang dating dengan gerombolannya dengan alasan hanya kepada Allahlah kita pantas untuk menundukkan kepala.
atau mungkin tidak seperti ayahnya dari kaisar-kaisar dinasti dijaman restorasi meiji yang menganggap kelahiran anak lelaki bahkan akan menjadi pengguling kekuasaanya.

Namun,
terkadang aku jua berpikir aku ingin mengukir senyum pipi beliau dengan senyuman ,persis seperti senyuman ayah dari sholahuddin al-ayubi yang telah mendidik anak penakluk perang salib.mungkin bisa juga menjadi pengukir senyum yang sama seperti senyum seorang tukang parkir yang kita beri upah 10.000 rupiah..
“Papa” begitu aku menyebutnya adalah ketua Pemuda Pancasila ranting jalan merdeka bahkan dua kali menolak menjadi kepala lingkungan wek II.adalah pemuda yang menghabiskan waktunya bekerja sebagai penjual ikan laut di pajak batu, kata para sesepuh kota kampong nadippu itu,dagangan beliau selalu jauh lebih awal habis ketimbang dagangan penjual ikan laut yang lain.

Aku juga masih ingat, disaat umurku masih hitungan jari tidak jarang sepasang orangtua dari kampong sebeelah menangis dirumah kami untuk mengadukan anak mereka yang sudah disegel kedua tangannya dan dijerumuskan ke hotel prodeo.Ayah adalah orang yang paling handal masalah hal yang seperti ini terkait masalah lobbiying dan meyakinkan orang terlebih beliau sudah memiliki jaringan personal dan ikatan hati dengan banyak orang,kalau anak masjid biasa nyebutinnya taqliful qulub.

Hal inilah yang menjadikan beliau melesit dan bnayk menyelesaikan problem masyarakat.
Oh, ku belum menceritakan tentang hobbi beliau,”papa”begitu biasa aku memanggilnya adalah penggemar kelas berat bang Iwan , tidak jauh beda dengan putra Sulungnya ini. Ku masih ingat ketika ulang tahunku ke 12 ayah menghadiahkan 2 set kaset bang Iwan bajakan yang harganya sekitar 4.500 di pasaran.yah, tanpa sadar beliaulah yang mengajakku untuk ukit tenggelam dalam penggelan sajak karya bang Iwan yang mengajari kita indahnya merangkai kata dalam mengungkapkan isi hati.

satu Hal lagi papan gelap terang beraturan adalah papan kesukaan beliau “papan catur” jangan sekali-kali kamu ajak beliau memainkan bidak catur diatas meja.beliau adalah sang maestro dalam hal itu.
Bagi ku , papa “begitu aku terbiasa memanggilnya adalah potret pemuda mandailing sejati.Pemuda yang terlahir tepat dimalam tahun baru itu di sudut sebuah kota kecil Pidoli,panyabungan.atau pun pemuda yang sempat menjadi ketua pasukan Tim Sukses Alm.Bupati TAPSEL pak“Sholeh”.sudah cukup bagiku menjadi gambaran perlunya bergaul dan bergerumul dengan bnyak orang dan member mamfaat.
Belum lagi aku bercerita tentang motor butut ala omar bakhri atau mobil keren buatan beliau yang ku pakai di malam 27 rhamadan ,diam-diam aku sudah terlalu senang dipersuakan Allah dengan Komandan seperti beliau.

Ku juga masih ingat ketika umurku masih seumur jagung ku selalu dibawa kemana kemari sembari dibanggakan “ini anakku” namanya Rahmat kelak dia kan menjadi orang besar.kata itu selalu keluar dari mulutnya sembari memperkenalkan putra sulungnya ini ke berjibun teman dekatnya,walau terkadang itu di pakter.
Terkadang ketika kulangkahkan kakiku menuju tempat perantauan,tika banyak orang yang jauh lebih tua bertanya,

alak dia de he ho uccok?aha margatta?
pelan ku jawab , alak sidippuan uak, batubara uak.
I dia mei ho I sidippuan?anak nise ma ho mang?

ku mulai dengan semangat menjelaskan , siapa ayahku dan dari mana aku berasal, selalu tepukan pundak atau bahkan sodoran semangatpun akan berjibaku menendangku hingga lupa bahwa aku ini sebenarnya bukan siapa-siapa!”

yah mereka adalah orang-orang yang sempat bersua dengan ramah senyum papa yang selalu menghabiskan jatah makan ke 5 kakaknya di gubuk milik mereka untuk teman-temannya yang perutnya jauh lebih keroncongan, walaupun akhirnya bek-bek boru lubis dan senyum yang ditahan dari ayah dan ibunya kan selalu mengikuti tindak tanduknya itu.
Karena malam semakin larut,kan ku utarakan hal yang paling menakjubkan yang pernah beliau capai.
hal yang diam – diam dalam sanubariku ku sebut “ku tantang papa”

IBU,
yah kawan, ibuku atau lebih akrabnya bidadari hidup itu lebih akrab ku panggil “umak”
ROHIMANNUR,itulah nama permaisuri itu kawan.
bunga desa di sudut madina,sebuah desa dengan nama sikara-kara dua.
putri seorang kepala desa di pesisir sumatera.

"Prestasi papa mendapatkan umak adalah prestasi yang paling menakjubkan dan harus banyak ku"pelajari lagi…huffttt

kenapa hal ini menjadi nilai lebih dari "papa". kalian hanya belum kenal ibu ku kawan
kapan-kapan kuceritakan tentang BIDADARii tercantik di Dunia itu.


....
satu momen yang membekas di ingatanku adalah , saat itu kawan.
saat ku di skors- dari sekolah, dikarenakan memimpin DEmonstrasi di sekolah
ku menjadi salah satu bagian dari teman-teman yang berani menunjukkan rasa cintanya kepada sekolah
yah, yang mungkin sebagian orang ini adalah hal yang "bodoh"
namun tidak buat kami, karena kami yakin Allah akan membedakan orang yang menggagas dan berani TURUN ke medan juang ketimbang orang yang hanya duduk terdiam,LALU MENYalahkan.
yah, begitulah wujud cinta itu, bahkan rela Almamater (baju sekolah)  ku tercabut walau hanya beberapa minggu,namun aku bangga sudah ada jejak sejarah yang pernah ku ukir di sekolah itu.
ku sebut ia SEjarah CINTA...cinta akan kampus gudang pengkaderan.

namun, lain hal nya buat "papa"
ia merasa di usik dari belakang.kala sekolah yang membantu prekonomian keluarga lagi dilanda krisis karya ORDE BARU itu.yang sudah siap menampung cecuguk dekil seperti aku ini dengan biaya "gratis"an.
namun, ku malah berteriak memuncah hingga muncrat-muncrat tentang ke-Angkuhan tikus-tikus berdasi kayak kata bang Iwan F.

"papa" menangis kala itu,
ku di papah masuk ke dalam ruang kepala sekolah,
kepala sekolah menepuk pundakku, "yang lalu biarlah berlalu,kita buka lembaran baru"bisiknya menyemangatiku.

ku tak mau bercerita banyak lagi tentang ini.
air MATA papa, kala itu begitu berharga buatku.
air mata yang bakalan gak pernah jatuh di pipinya walaupun cobaan seGARANG apapun menyapanya.
air mata yang blum pernah tumpah dihadapanku hingga ku berumur belasan tahun.

yah, baru kali itu ku LIHAT ia menangis.
"papa terhebat sedunia"
kalo kau masih ingat mimik wajah ayah ikal yang hanya tertunduk lalu diam dan berlalu dengan sepeda kumbangnya.Tak ada apa-apanya dengan ayahku yang membalikkan badannya menahan isak lalu berlalu dengan "becak-vespa kebanggaan kota ku"

walau tetesan air matanya tidak sempat ku lihat,namun sapaan tangan kanannya beberapa kali ke pipinya lalu berlalu dan tak kelihatan lagi, sudah cukup buatku menunjukkan ia atau bahkan "hatinya" menangis kala itu.

UNTUK hari itu "maafkan aku pa"
papa terlalu TANGGUH buat "cecunguk tengik" seperti aku.