Tuesday, May 1, 2012

AYAH KU-RINDU

Malam ini salju turun ^^
Duduk di bawah pohon depan Starbuck. Ku keluarkan tangan ku dari dalam kantong jaketku, kutempelkan tangan ku ke pipi laki-laki disebelah ku, mata kita saling bertatap. “Ayah, pipimu.. berkerut”

Ingatan ku menjelajah ke masa 16 tahun yang telah terlewatkan. Seorang anak kecil yang berlari-lari kecil saat mendengar deru mobil, kemudian.. “hup..!!” anak kecil itu sudah berada di dalam gendongan sang ayah,
“ Apa kabar putri kecil ayah..?? “
“ Sudah makan? “
Kini yang ditanya menggeleng sambil tersenyum
“ Sudah sesore ini kok belum makan? Hemm…???”,
“ Yayi ingin gula-gula kapas..”, lebih terdengar seperti rengekan
Sang ayah menggeleng kemudian mendudukkannya di kursi ruang makan.
“ Uty belum pulang yayi? “
Yang ditanya hanya menatap sambil bibirnya yang tetap terkatup dan membentuk huruf u terbalik. Kakinya yang tak menyentuh lantai, menggantung, di gerak-gerakkan seolah ingin protes bahwa dia sedang tidak selera untuk makan.
Sang ayah mendekat kemudian memberikan punggungnya,
“ Ayuk, kita makan diluar setelah itu kita beli gula-gula kapas”,
Si anak pun langsung melompat ke punggung sang ayah seraya berkata
“ lima ya yah?”
Sang ayah mengangguk. Kemudian tidak lama si anak dengan sang ayah sudah sibuk dengan makanannya masing-masing. Beberapa makanan si anak jatuh ke bajunya, dan beberapa butir nasi menempel di mulutnya, sang ayah pun hanya tersenyum kecil sambil membersihkan mulut si anak. Setelah makan sang ayah bertanya,
“ Yayi kenyang?”
“ he’em..”,
“ masih ingat yang pernah ayah pesankan kepada yayi ? bagaimana sabda Rasulullah tentang etika makan, jika sudah kenyang .......?”,
“ makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang”,
“ Jadi, masih mau makan gula-gula kapas?”,
Sang ayah tersenyum senang. Si anak menimpalinya dengan senyum juga, merasa terjebak, tetapi si anak tetap tidak ingin menyerah..
“ Sekali saja yah..”, matanya menapat memohon sambil memicingkan salah satu matanya, bibir bawahnya digigit, sang ayah menyerah, sang ayah beranjak dari kursinya dan segera bergerak menuju mobil.
“ Yes!!”, si anak bergerak meyusul dibelakangnya sambil menari-nari kecil dan tersenyum penuh kemenangan.
Iya, anak kecil itu adalah aku dan sang ayah adalah orang yang sedang duduk disampingku saat ini, ayah terhebat ku. Saat itu kami tetap tidak membeli gula-gula kapas karena aku tertidur dan melupakannya saat sudah bangun. Akhirnya aku pun tahu bahwa aku tidak boleh memakannya. Ternyata setelah aku besar aku baru mengerti bahwa saat itu ayah hanya mengajak ku berputar putar kemudian akhirnya aku mengantuk dan tertidur. Ayah.. ayah… Ia punya caranya sendiri untuk mengatakan tidak meskipun itu hanya tertangkap dalam gerak sederhana yang itu – itu saja.

Di suatu masa juga, si anak kecil itu pernah bereksperimen membuat menara dari kayu-kayu yang tinggi yang kemudian tanpa disadarinya kayu-kayu itu akan rubuh dan menenggelamkan dirinya, disaat-saat itulah malaikat yang tak bersayap ( meminjam istilahnya dewi lestari ) datang melindunginya, menyelamatkannya dari kejadian yang mungkin menjadi detik terakhirnya bisa melihat menara terdekat, yaitu menara buatannya. Disaat itu kulihat ada darah merembes dari kaos biru yang dikenakan ayah, dan akupun menangis. Ayah mengira aku menangis karena terkejut dengan kejadian yang baru kualami, ayah.. ayah.. Pada bahumu yang melindungi, pada matamu yang mewanti – wanti, pada suaramu yang memperjelas batas – batas, pada batukmu yang menandai, pada kata – katamu yang mudah, ayah ku adalah ayah dengan sebenar- benarnya ayah.

Di tahun – tahun yangsulit membesarkan ku, ayah ku selalu punya jalan untuk optimis. Ia punya caranya sendiri untuk yakin bahwa setelah gelap yang pekat , subuh segera tiba. Dan siangyang terang mejadi gamblang . Meskipun itu hanya tertangkap dalam kata sederhana yang itu – itu saja, “barokallah”. Semoga belum terlambat bagi kita untuk memahami, betapa ayah kita punya caranya sendiri dalam mencintai kita

Bila Ayah Tak Selalu Punya Ungkapan Untuk Mengapresiasi Kita
Jika cinta dan perhatian hanya diwakili dengan kata – kata, mungkin abnyak ayah akan masuk dalam kategori orang yangtak berhati. Karena betapa banyak ayah yangsulit mengungkapkan perasaannya bahkan pada anak – anaknya sendiri. Seolah wajah ayah selalu sama, baik gembira ataupun sedih. Tapi apakah ayah miskin cinta? Jangan terburu – buru. Karena Ayah punya caranya sendiri dalam mencintai kita.




5 comments:

  1. :')

    satu kata untuk ayah, "Mulia"

    ReplyDelete
  2. membaca dan mempelajari banyak propil seorang AYAH di dunia, membuat kita TAHU . bagaimana seharusnya menjadi seORANG AYAH KELAK...
    begitulah sodara ku...^_^

    ReplyDelete
  3. ku rindu ayah,,, ;-(
    hope Allah always bless u dad...

    ReplyDelete