Rahmat rizki batubara
“Unta” , kenapa RasuLulloh memilih unta sebagai perumpamaan mengenai kekuatan dan ketangguhan?
Bukan berari dikarenakan pada zaman itu Unta adalah tunggangan andalan Rasululloh, tapi hal ini dikarenakan Unta adalah hewan kaki empat yang mampu bangun dari posisi duduknya dengan beban berat di atas punggungnya.jelas, berbeda dengan Sapi,kuda bahkan gajah sekalipun.Ditambah lagi Unta adalah hewan yang paling tangguh ditengah gurun sahara dikarenakan adanya simpanan air dalam kantung perutnya dan lelehan lemak dari kuduknya untuk selalu memproduk energy secara terus menerus.Satu hal yang paling luar biasa dari unta adalah kekeuatan ingatannya yang luar biasa sehingga seekor Unta tunggangan tidak akan lupa akan tujuan yang pernah ia lalui sebelumnya , walau pun di padang pasir haluan perjalanan selalu berubah-ubah
Ketangguhan seekor Unta di padangpasir perlu menjadi telaah utama bagi kita, bagaimana jika kita angankan sejenak kalau Unta itu adalah kita.kita yang notabenya seorang kader dakwah.
Apakah seorang kader dakwah mampu mengemban beratnya Amanah yang menyandar di punggungnya sehingga membuat ia harus perlahan berdiri dari posisi terjongkok mengangkat beban-beban yang ia terima itu? Atau malah menghindar dan senantiasa berbisik mengatakan beban ini terlalu berat bagiku.
Apakah kita mampu mempergunakan tsaqofah kita sebagai indibath(komitmen) awal bahwa ia memang tidak tergantikan dan setiap takdir yang diberi-Nya adalah yang terbaik seperti keanggunakan unta yang selalu yakin akan cadangan lemak dikuduknya dan air diperutnya.
Hingga akan terbentuk seorang kader yang tidak akan lupa dimana ia harus berpijak , tauhid yang kokoh seperti ingtan unta terhadap setiap tapak langkah yang pernah dilaluinya.
Biasanya setiap kita merujuk dalam pembahasan ini, kita selalu beralasan dengan dalil Qur’an yang berisi,
An-Nisa’:28
“Dan manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah”
Padahal ,sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.
Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang ada di dekat cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian.
Ia baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati.
Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian.
Pernahkah kita berfikir betapa harapnya RosuLULLOh tibanya salah satu sari dua umar untuk menginjakkan kakinya dijalan ini?
Betapa orang-orang yang kuat , tangguh dan kokoh pendiriannya dibutuhkan demi jalan dakwah ini agar terus berputar menyagun dari masa ke masa.Bukan berarti jalan ini tidak mengharapkan kader yang lemah,tapi kader yang lemah akan menjadi kerikil kecil yang mempengaruhi kecepatan perputaran roda dakwah.
Kekuatan itu pasti akan dating jeruji besi itu pun pasti akan lepas, jika kau merasa tidak berdaya atau pun lemah jangan tundukkan pandanganmu tapi dongakkanlah ke atas karena Allah sedang melukis pelangi untukmu.
Jalan dakwah ini pasti dipenuhi dengan beragam kesulitan, hambatan, rintangan, tribulasi. Para aktifisnya akan berhadapan dengan beragam mihnah, sebagaimana para dai generasi sebelumnya sejak Rasulullah dan para shahabatnya, tabi'in, tabiut tabi'in, dan seterusnya.
Diantara mihnah itu ada yang berupa ejekan, gelombang fitnah, teror fisik, manisnya rayuan, tekanan keluarga, keterbatasan ekonomi, kemapanan, sampai kekuasaan. Kader dakwah harus tegar dalam menghadapi semua mihnah itu.
Agar tegar dalam menghadapi ejekan, sadarilah bahwa ejekan kepada Rasulullah jauh lebih hebat; maka biarkan saja semua orang mengejek, tidak perlu diladeni. Agar tegar dalam menghadapi fitnah, tetaplah bekerja dan beramal maka umat akan tahu siapa yang benar dan siapa yang tukang fitnah. Agar tegar dalam menghadapi teror fisik, tawakallah kepada Allah dan berdoalah senantiasa, di samping persiapan lain yang juga perlu dilakukan oleh struktur dakwah. Agar tegar dalam menghadapi manisnya rayuan, jagalah keikhlasan dan senantiasa memperbarui niat, waspada dan tetap bersama jamaah. Agar tegar dalam menghadapi tekanan keluarga, ketegasan harus diutamakan . Iman tidak bisa ditukar dengan keluarga, jika memang itu pilihannya. Agar tegar dalam kondisi kekurangan/keterbatasan ekonomi, bersabar adalah kuncinya. Kekuatan ukhuwah sesama aktifis dakwah juga berperan penting untuk menjaga kita tetap tegar. Agar tegar dalam kemapanan harus memiliki paradigma semakin banyak kekayaan, semakin banyak kontribusi bagi dakwah. Maka yang diteladani adalah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Agar tegar di puncak kekuasaan, kelurusan orientasi perjuangan, ketaatan pada manhaj dakwah Rasulullah dan keyakinan akan janji-jani-Nya. Dan pada semua mihnah, kedekatan dengan Allah dan tawakkal kepada-Nya merupakan kunci utama agar tegar di jalan dakwah!
ARRUHUL JADID….
No comments:
Post a Comment