Pulanglah , bukan karena rindu ,”
uang,waktu tak jadi alasan buat bertemu
wajah-berseri sudah lama menanti
sebelum senyumnya lenyap
di TELAN WAKTU
uang,waktu tak jadi alasan buat bertemu
wajah-berseri sudah lama menanti
sebelum senyumnya lenyap
di TELAN WAKTU
Bayangan yang mulai samar untuk terhayal, akal
pun sulit untuk menghantar respon pada otak yang tak terdiskripsikan lagi,lama
nian ia tak pulang.Angkuh,pada diri sendiri , merasa pulang itu tak ada
guna,apalagi buat mereka perantau penganut sakte “Pulang malu, tak pulang
Rindu.”
SULIT.memang. menafsir kata pulang, terlebih
pada jarak yang tak terpeta oleh akal mengarungi samudera , menyeberangi selat
sunda , atau hayal teknologi menembus akal sehat letih yang seharusnya ditempuh
hampir seminggu pun dilibas hanya dengan 3 jam lebih sedikit.
Itu dia , kata yang sangat sakral berubah
biasa sekarang.tentunya untuk para perantau “PULANG”.
tak kan kita bahas kenapa terjadi pergeseran pada makna dan sakralnya satu kata ini.yang ingin penulis tekankan pada tiap sendi yang masih bisa berkontraksi , PULANG-lah.
tak kan kita bahas kenapa terjadi pergeseran pada makna dan sakralnya satu kata ini.yang ingin penulis tekankan pada tiap sendi yang masih bisa berkontraksi , PULANG-lah.
Mereka
pun me-RINDU
Ter-kisah lah pada tahun 8 H , tepatnya 20
Ramadhan sekelompok pribumi yang terusir karena kecintaan mereka pada dien nya,
terdampar kesana kemari , hingga akhir nya di tanggal itu mereka yang mencinta
titah Rabb nya, yang setia pada janji perjuangan , yang lama merindu dan tak
bisa melangkah kan kaki barang sedikitpun.FATHUL MAKKAH.
Ketika kampung halaman mereka rebut
kembali,disambut teriakan takbir disana – sini . mereka hancurkan
berhala-berhala angkuh yang menghantui batok kepala bangsa nya saat itu.tak
jera lah kita berbicara tentang kemengan dien ini, namun hal yang harus tetap
kita ingat adalah RASUL pun ingat Pulang.
Termaktup lah dalam perkataan kekasih yang
dipilih,Rasululloh saw pada kampung halamannya
واللهإنكلأحبّأرضاللهإلىاللهوأحبأرضاللهإليَّ،ولولاأنأهلكأخرجونيمنكماخرجت
“Demi Allah, Engkau adalah tempat (bumi) yang
paling aku cintai sekiranya pendudukmu tidak mengusirku, maka aku tidak akan
keluar darimu “..
Dan Allah pun membalas rasa rindu dan kasih
itu
Allah berfirman:
إِنَّالَّذِيفَرَضَعَلَيْكَالْقُرْآنَلَرَادُّكَإِلَىمَعَادٍ
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali”. (Al-Qashash:85)
إِنَّالَّذِيفَرَضَعَلَيْكَالْقُرْآنَلَرَادُّكَإِلَىمَعَادٍ
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali”. (Al-Qashash:85)
Pernah suatu tika “kekasih terpilih” itu pun mendengar
gambaran dan kondisi kota Mekkah dari salah seorang sahabat Ashil, meneteslah
air mata yang mulia lalu bersabda:
“wahai Ashil, biarkanlah hati-hati ini
merindukannya”
Ku tahu kau pun rindu kawan, tapi tak sehebat
mereka.Bukan karena rasa malu mereka tak pulang, namun perintah hijrah lah yang
menahan hasrat untuk patuh. Ku tahu kau jua menetes kan air mata kawan,tapi tak
sehebat mereka “MENANGIS” karena rasa cinta bukan seperti kita kawan, menangis karena tak sanggup
memiliki.
Banyak senyum yang menanti
“birrul walidain-lah sebelum ia
hanya sebatas doa”
Terberita seorang
hamba yang sungkan melangkahkan kaki ke tanah kelahirannya, hampir genap 5 /
lima tahun lamanya.adik kecil yang ia tinggalkan dulu sekarang sudah menjadi
bunga desa dambaan setiap pria.Belum lagi cerita tentang si “bintang” yang tak
kenal raut wajah kanda nya.wajar bintang masih dalam gendongan tika si Sulung
merantau mencari keberkahan ilmu ke pulau sebelah.
Apa daya waktu tak
bisa menunggu.Ayah,ibu dan kedua adik manisnya dilibas gulungan ombak “tsunami
aceh”.apa daya kondisinya saat ini, ibu dan ayah tersayang yang dilihatnya lima
tahun kemaren belum lagi raut wajah kedua adiknya yang mulai samar diingatan.PUNAH.satu
harapan yang hilang saat itu, “moga syurga mempertemukan mereka”.sekarang harta
yang ia kumpulkan, ilmu yang ingin ia cari balas cinta kasih ayah dan ibu tak
berguna lagi.hendak kemana ia merintih , ntah kemana ia menangis . sekarang
baktinya hanya sebatas “DOA” saja.
HEBAT nian kisah uwais
al-qorni yang dimuliakan karena bakti pada umminya.berbalik jelas dengan kondisi
si fulan/fulanah yang masa kecil tak begitu bermakna atau sudah terlupa , masa
remaja dan beranjak dewasa pun harus ia habiskan di asrama hingga melang-lang
buana ke tanah jawa , sekarang ia menikmati birunya eropa.kapan ia ingin
berbakti pada bunda dan abii-nya , tika ia ingin kembali kedua sudah menua ,
tak kenal rasa pizza dan tahu – tempe sudah sulit membeda. Mana kenikmatan
dunia yang ingin diberi pada mereka?
Ah, sudahlah cukup kah
rasa bangga akan anaknya yang bisa kuliah di tanah jawa melanglang buana ke
Eropa kau jadikan wujud bakti mu pada nya, ayoolah kan sudah ku bulang kawan ,
PULANG-lah.
Tak cemburu kah kita
dengan do’a Raululloh pada al-Qorni karna sayangnya pada ibu nya
, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia,
mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Kenapa bisa seperti itu ?
Ketika kita sekarang
punya seribu asa bahkan cita yang ingin diraih saat itu seorang hamba yang
rapuh di pinggir yaman, hanya punya satu cita “bertemu rasululloh saw.”Namun
cita itu tak bisa diraihnya dikarenakan rasa cintanya pada ibunya yang
renta,tua,bisu,tuli dan lumpuh.Bertemu dengan Raululloh harus ia kubur
dalam-dalam.
Termaktublah dalam
siroh nabawiyah bahwa cinta nya pada Rasul suatu ketika tak tertahan kan lagi,
ketika tersebar sebuah berita bahwa Rasul pada perang uhud cedera giginya, rasa
rasa cinta yang amat terlebih pun, ia cedera I giginya agar impas.begitulah
caranya menyampaikan cintanya pada Rasululloh.Tak tertahankan lagi rindu
itu.diceritakanlah pada ibunya CITA dan asanya ingin bertemu dengan
Rasul.ibunya pun menangis,mendengar syahdu cita anaknya.terasa seperti
mengurung cita al-qorni dengan rahmat Allah ia perbolehkan anaknya bertemu
dengan Rasul.Berangkatlah ia ke makkah.Namun setali tiga uang, saat itu rasul
sedang tak ada di rumah ia hanya menemui ummahat AYsah disana.tak sempatlah ia
menunggu agar rasul pulang, ia pun pergi pulang ke Yaman menemui Ibunya, ia tak
ingin ibunya tertinggal begitu lama.AKHIRNYA,IA TAK BERTEMU CITA.
Sepulang rasul bertemu
dengan aysah, diceritakanlah niatan alQorni ingin menemuinya, lalu rasul pun
berdo’a.
, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia,
mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Masihkan kau jadikan
CITA sebagai alasan berbakti padanYA .. ?
No comments:
Post a Comment